Saturday, September 12, 2015

Malam itu hujan, dingin

Malam itu hujan, dingin
Aku berada jauh disana dan kamu datang
"Malam", sapamu
Aku terkejut, hanya bisa tersenyum
Malam itu kamu akhirnya kembali, setelah sekian lama menghilang
Aku sampai lupa suaramu
tawamu
gayamu berbicara
gayamu menghisap asap rokokmu itu

Malam itu hujan, dingin
dan kita duduk bertatapan muka.
Ku tutup buku yang sedang ku baca, karena kamu benci jika aku terlalu terhanyut dalam cerita-cerita dan akhirnya melupakan dunia disekelilingku,
melupakanmu.
Kamu berbicara panjang lebar tentang mimpimu
sukamu
dukamu
cintamu
dan aku hanya tersenyum, kembali mendengarkan saja
karena aku ingin sekali lagi mengenang
suaramu
tawamu
desahanmu.

Malam itu hujan, dingin
Kamu menyalakan rokokmu itu
dan aku kembali merekam gaya merokokmu itu
kedalam benak
Ya, gayamu yang khas itu
yang membuat ku tergila-tergila
dan pada akhirnya jatuh cinta
Asap rokokmu itu mengepul
diatas tempat kita duduk bersandaran
dimana kamu mulai memetik senar
dan memainkan melodi-melodi
dan kemudian kamu bernyanyi
dan oh Tuhan-
pada saat itu aku sungguh memohon kepada Yang Maha Kuasa
 agar tidak menerbitkan matahari terlau dini
"Tuhan, berikanlah aku sedikit waktu
satu detik
satu menit
satu jam
satu malam
satu waktu
untuk bersamanya, untuk mengenangnya."

Malam itu hujan, dingin
dan matamu begitu indah, hitam pekat
seperti manik-manik tua
dan keduanya menatapku begitu lekat
"Aku sayang kepada kamu"
sambil memelukku dengan erat
dan tidak sembunyi-sembunyi
tapi dengan tergesa-gesa
karena subuh sudah tiba

Malam itu hujan, dingin
aroma rokokmu masih tercium tajam
hangatnya dekapmu masih terasa kuat
tapi sayang,
itu semua hanyalah
bayang-bayang
memori
kenangan
dan "aku sayang kepada kamu"
hanyalah untaian kata-kata tak bermakna
yang kamu lempar-lempar
kepada semua kaum Hawa.